Senin, 03 Oktober 2022

Pilah-pilih Nama Adek

 Apalah arti sebuah nama.
"SANGAT BERARTI LAH!" sahutku dan Bapak G.

Dari dulu, aku mau nama anak pertamaku Langit. Tapi Bapak G tidak setuju. Aku mengalah. Selama di perutku, Adek namanya Langit. Tapi setelah lahir, kami harus siapkan nama untuk Adek yang kata dokter dan USG terakhir, 70% perempuan. Masih ada 30%nya dong, ya. Ada kemungkinan laki-laki juga. Untuk sementara ini, kami masih bertapa mencari nama perempuan terbaik untuk Adek.

Kami tidak mau nama yang ribet, yang pakai huruf konsonan double, yang bikin anak kami nanti riweuh nulis nama pas ujian. Kami mau nama yang sederhana tapi indah dan bermakna. Bapak G mau yang ada unsur bahasa Sanskertanya. Aku approved. Kami mau nama anak kami terdiri dari tiga kata. Kata pertama adalah nama baptis. Aku mengusulkan nama Nala. Kalau dalam bahasa Jawa dan Sanskerta, artinya jantung hati. Awalnya Bapak G setuju. Tapi setelah tahu nama Nala dipakai sebagai nama tokoh di kartun Simba, Bapak G ogah. (padahal kusuka nama Nala 😍). 

Bertapa lagi, cari-cari di mbah google andalankoe, Bapak G tidak yakin, jadi di suatu Malam Minggu kami jalan-jalan ke Gramedia membeli buku nama bayi. 


(maafkan bumilnya narsis)

Sejauh ini, aku sreg dengan beberapa nama seperti Hira (intan), Dahayu (cantik), Khandra (cahaya) dan Arundati (bintang di angkasa). Buliknya Adek juga mengusulkan nama Ayara (puisi). Sampai tulisan ini dipublish, kami belum memutuskan nama untuk disandang Adek. Sepertinya akan novena untuk pemilihan nama. HeheTapi sampai kapanpun, Adek adalah langitku. Yang meneduhkanku, yang biru dan indah, yang begitu kucintai. Doain Bapak Ibuk dapat nama terbaik untuk Adek, ya. 

Pilah-pilih Tempat Lahir

 Kalau ngisi TTL (Tempat, Tanggal Lahir) di biodata, aku nulisnya Kumai - Kalteng. Harus ada Kaltengnya, karena pada enggak tahu Kumai itu di mana. Kalau Bapak G nulis Klaten. Sebagian besar orang harusnya udah tahu sih Klaten di mana. 

Tempat melahirkan Adek Langit juga sudah kami diskusikan. Ada beberapa pilihan. Tempat orangtuaku di Bali, di tempat kami tinggal sekarang; Bandung, atau di tempat keluarga Bapak G di Klaten. Kalau di Bali, aku senang sih, karena ada Mamak, lahiran dekat ibu kandung pasti nyaman kan ya. Cuman Bapak G kan kerja di Bandung. Kalau nanti lahiran, Bapak G nggak bisa sering nengok aku dan Adek. Jauh dan berat di ongkos 😥. Kasihan, kami nanti pasti saling merindukan. 

Pilihan kedua, di Bandung. Kan bagus aja gitu ya, nanti Adek kalau ngisi biodata nulisnya di Bandung. Tapi setelah dipikir-pikir, kami ini perantau. Tidak ada keluarga di sini. Bisa sih mendatangkan orang tua ke sini, tapi pasti tidak bisa lama-lama, karena mertua ada pekerjaan yang harus diurus. Mamakku juga nggak bisa ninggalin Bapak lama-lama. Kalaupun tetap lahiran di Bandung, aku sudah mencari info biaya lahiran di rumah sakit Bandung. Harganya membuat aku dan Bapak G mengelus dada. Jadi kami putuskan untuk membatalkan niatan penulisan tempat lahir di Bandung untuk Adek Langit :')

Pikir-pikir, pilah-pilih, kami memutuskan untuk lahiran di Klaten saja. Biaya lahiran masih bisa ter-cover. Kalau memakai asuransi dan memilih kelas yang agak bagus, kami mungkin akan membayar biaya lahiran yang masih terjangkau. Selain itu, keluarga Bapak G pada di Klaten semua. Ramai dan ada yg menemani, sekaligus mengajari calon ibu baru ini. Selain itu, Bapak G masih bisa sering nengok. Seminggu atau dua minggu sekali bisa pulang untuk cium Adek. Naik kereta malam dari Bandung, subuh sudah sampai Klaten. 

Setelah lihat daftar rumah sakit di Klaten yang bekerja sama dengan asuransiku, kumulai survey online. Tanya-tanya juga ke keluarga di Klaten. Akhirnya kami putuskan untuk lahiran di RSU Islam Klaten.

Untuk fasilitas kamar sebenarnya sudah lihat-lihat di https://infobed.rsuislamklaten.co.id/ tapi lebih afdol lihat langsung sepertinya. Nanti lah pas pulang mitoni (tujuh bulanan) Adek, kami kepo-kepo lagi. HPLku 06 Januari 2023. Rencana sudah pulang sebelum Natalan. Adek nanti lahirnya di waktu yang tepat, ya. We love you so much, Adek 💙

Minggu, 02 Oktober 2022

Pilah-pilih Obgyn

Sebenarnya aku dan Bapak G cukup santuy dalam pemilihan obgyn. Syarat dokter kandungan dari Bapak G cuma kalau bisa ya beliau perempuan. Enggak yang saklek banget, harus dokter tertentu. Kami juga menyesuaikan dengan dokter yang memang available saat kami ingin kontrol. Karena satu dan lain hal, hampir tujuh bulan Adek dalam rahim, sudah ditengok beberapa obgyn di Bandung. Mari kita bercerita lagi, Nak. 

Saat pertama kali ke dokter kandungan, kami ke RSIA Grha Bunda Antapani - Bandung, dan sebenarnya sudah cocok dengan dr. Anita. Kontrol dua minggu berikutnya pun masih dengan bu dokter. Hanya saja di bulan kedua, dr. Anita berhalangan hadir. Kami sudah booking sebulan sebelumnya (maklum terlalu excited). Pihak rumah sakit baru mengabari di hari H, pukul 2 siang, padahal kami rencana kontrol sepulang aku kerja. Kami terpaksa kontrol dengan dokter kandungan yang praktik saat itu karena vitamin Adek yang diresepkan dokter juga sudah habis. Saat itu kami ke dr. Mulyanusa. Dokternya baik, oke, cuma ya itu, dokternya laki-laki. Hehe. Menurutku Pak Dokter juga kurang detail seperti dr. Anita. Ini penilaianku secara subjektif, sih. Padahal kalau mau detail kan tinggal tanya terus dan minta penjelasan rinci. Dan pak dokter juga kurang keibuan (yaiyalah bunda). 

Bapak G sebenarnya agak bete karena tiba-tiba dr. Anita berhalangan praktik. Ditambah alasan RSIA Grha Bunda terlalu jauh (faktanya hanya 5.3km dari kantor, tapi macet ke arah Antapani itu ampun-ampun), kami memutuskan untuk pindah rumah sakit dan mencari obgyn lain untuk kontrol selanjutnya. Pilihan jatuh ke RSIA Limijati yang wah di tengah kota Bandung. Rumah sakit ini juga masih bekerja sama dengan asuransi kantorku. Dan beruntungnya, ada dokter yang praktik di hari Minggu, hari di mana aku dan Bapak G sama-sama libur kerja. Kami kontrol ke dr. Muliati Wilamarta, Sp. OG. Hari itu rumah sakit ramai sekali, mungkin karena hari Minggu. Dokternya funky, masih muda, bicaranya cepat, ramah, dan lincah sekali. Sama dokter ini, kami dapat foto USG Adek yang paling tjakep 💙.

Umur Adek saat kontrol 16 minggu. Di postingan yang ini, aku sudah cerita kalau aku pipisan. Nah, saat kontrol ini dokter menyarankan untuk tes urine sekaligus tes darah lengkap. Semuanya aman. Cuma limit asuransiku yang nggak aman. Sekali kontrol di Limijati, langsung nyetor dua juta lebih 😅. Tapi emang karena harus bayar biaya tes lab, sih. Sekali kontrol di Grha Bunda kami menghabiskan kurang lebih 500-700ribu saja. Jadi agak shock sih saat lihat bill Limijati. Sebagai perbandingan, di Grha Bunda, biaya konsultasi dokter spesialis berkisar 175ribu s.d. 200ribu (tergantung golongan dokter). Di Limijati, sekali konsultasi harus merogoh kocek 280ribu. Berikut perbandingannya. (Maafkeun mamak-mamak perhitungan ini)

Kontrol berikutnya masih di Limijati dengan dr. Muliati. Sekali kontrol, klaim asuransi sebesar 1,3juta. Itu sudah termasuk salep wasir (karena aku sembelit) dan beberapa vitamin yang nilainya kurang lebih 900rb. Agak mengelus dada, sih. Aku pribadi agak kurang cocok dengan dokternya. Saat mengeluh pipisan, langsung diresepkan obat untuk seminggu karena dikhawatirkan ISK (padahal hasil lab belum keluar; obatnya nggak aku minum). 

Kontrol terakhir di usia Adek 22 minggu, kami akhirnya kembali ke RSIA Grha Bunda yang lebih ramah di kantong 😁. Kami kontrol dengan dr. Fitria Rezianne, SpOG. Dokternya cantik, keibuan, detail, dan oke banget. Udah sreg, nih. Sekali kontrol (sudah termasuk vitamin), habis 400rb-an. Kontrol berikutnya sudah daftar sama dr. Fitria lagi. Semoga ini yang terakhir ya, Dek. Sebelum nanti cari obgyn lagi buat lahiran di Klaten.

Pilah-pilih dokter itu sebenarnya cocok-cocokan, sih. Kalo nggak dokternya, ya rumah sakitnya. Yang jelas, kita semua pasti mau yang terbaik untuk Ibu dan adek bayi. Doakan kami sehat selalu ya, yorobun. Semoga ibu-ibu yang lagi mengandung ataupun menantikan adek bayi, sehat-sehat juga. Sampai ketemu di cerita berikutnya. 


Rabu, 28 September 2022

Pengalaman Hamil Pertama

 Selalu ada yang pertama kali dalam segala hal. Begitu juga menjadi seorang ibu hamil.

Mamakku punya lima orang anak. Mungkin saat hamil dan melahirkan anak kelima, mamakku sangat lihai dan sudah tahu banyak hal. Tapi saat hamil anak pertama sepertiku, tentu seperti menghadapi dunia baru yang belum pernah dimasuki sama sekali. Hanya berbekal dari cerita orang-orang, katanya hamil itu begini, hamil itu begitu, waktu aku  menjalani sendiri hamil ini, kusadar aku benar-benar tidak tahu apa-apa dan harus belajar banyak.

Trimester Pertama
Hamil itu sembilan bulan. Kalau dibagi tiga, 3 bulan pertama disebut trimester pertama, 3 bulan kedua trimester kedua, dan 3 bulan terakhir adalah trimester akhir atau trimester tiga. Pada umumnya, waktu perkiraan kelahiran bayi berada di antara usia 38-42 minggu. Jadi secara teknis, trimester pertama adalah 1-13 minggu. 

Waktu menulis tulisan ini, Adek Langit sudah memasuki trimester kedua. Puji Tuhan, aku dan Adek bisa melewati trimester pertama dengan sehat. Adek nggak rewel, Adek pengertian, baik banget sama Ibu. Makasih banyak ya, Dek. Jadi, saat pertama kali tahu hamil, aku mulai mawas diri nih, ada rasa mual nggak, ada rasa pengin muntah nggak. Bersyukurnya, aku mual-mual hanya sedikit. Muntah pun cuma sesekali. Itu juga terkadang pas sikat gigi. Makanan masih masuk. Banyak, malah. Tidak ada bau-bauan yang aku nggak suka. Adek juga nggak minta makan ini itu. Aku makan seperti biasa. Mendengar dan membaca pengalaman ibu-ibu lain, trimester pertama ini bisa jadi masa yang berat. Ada yang sampai bedrest saking lemasnya. Mual dan muntah terus, nggak bisa ngapa-ngapain. Makanya aku bersyukur banget di kehamilan pertama ini, aku dapat trimester pertama yang lumayan nyaman. Aku masih bisa ke kantor dan bekerja seperti biasa. Adek begitu kuat, diajak naik motor yo bakoh. Makasih banyak, Adek. Paling yang kukeluhkan, payudaraku sakit. Bapak G jadi nggak bisa main 😓😛.

Menurut video-video dan bacaan-bacaan yang kukepo (kata dokter juga lho, ya), trimester pertama itu benar-benar penting. Di trimester 1 kehamilan yang dimulai dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) ini, janin berkembang dan bertumbuh, organ-organ janin mulai terbentuk. Kandungan dan rahim juga sedang mempersiapkan diri untuk pertumbuhan janin selama sembilan bulan ke depan. Di kontrol kandungan pertama kali, aku diresepkan penguat kandungan oleh dokter. Selain itu aku juga ekstra hati-hati. Biasanya jogging dan sesekali workout intens di rumah, saat itu aku hanya jalan kaki ringan dan mempraktikkan yoga khusus first semester di youtube. Kapan-kapan aku share tentang workout-ku selama hamil, ya. Tapi tiap kehamilan ibu-ibu itu berbeda-beda. Belum tentu badanku sama dengan badan buibu. Harus selalu konsultasikan dengan dokter kandungan kita, ya. 

Kalau urusan ekstra hati-hati, Bapak G jagonya. Dia bete kalo aku duduk di kasur dengan gragas. Harus hati-hati, katanya, ada Adek. Saat memboncengku pun rasanya kecepatannya tidak pernah lebih dari 40km/jam. Kalau ada polisi tidur, beuh, rem Bapak G sigap sekali. Karena itu, kita love sekali sama Bapak G ya, Nak 💙 (elus-elus perut).

Trimester Kedua
Di usia adek yang ke 16 minggu, aku sakit. Tepatnya di akhir Juli 2022. Diawali dengan Bapak G yang lebih dulu sakit. Malam sebelumnya, kami membeli dan makan seblak bareng. Keesokan paginya, di hari Sabtu, Bapak G mengeluh sakit perut dan agak mual. Tapi dia tetap bekerja seperti biasa. Sore pulang kerja, badannya panas. Kami ke klinik terdekat. Oleh dokter jaga, Bapak G diresepkan Sanmol dan obat mual. Setelah makan dan minum obat, kami beristirahat.
Bangun di Minggu pagi, Bapak G masih terlelap. Kuputuskan untuk misa ke gereja sendiri. Namun kusudah merasa ada yang tidak beres. Gejala yang dialami Bapak G semalam sepertinya kurasakan. Perutku rasanya nggak nyaman dan mual. Tapi kutetap berangkat ke gereja. Sepanjang misa aku menahan mual, rasa mau muntah benar-benar menyiksa. Kupikir-pikir, itu yang namanya heartburn. Selesai misa, kuburu-buru pulang. Bapak G membeli alat antigen. Kami swab mandiri karena takut covid. Puji Tuhan, hasilnya negatif. Aku masih bisa makan. Namun beberapa saat kemudian, aku muntahkan. Aku sedih. Aku sakit nggak apa-apa. Tapi Adek Langit harus dapat asupan makanan dan nutrisi. 
Karena aku muntah terus setelah makan, kuputuskan untuk konsultasi online dengan dokter. Dengan kondisi Bapak G masih pemulihan dan belum bisa ke mana-mana, aku akhirnya memakai layanan Grab Health yang bekerja sama dengan Good Doctor untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan, karena ibu hamil kan nggak boleh sembarangan minum obat, yak. Pembayaran bisa menggunakan asuransi. Setelah konsultasi, dokter berkesimpulan aku asam lambung. Nak, seumur-umur Ibu hidup, baru ini Ibu asam lambung. Perut melilit, rasanya hilang datang. Tidak diare, BAB normal. Mual terus- menerus. Muntah, badan agak hangat, kepala berat. Dokter meresepkanku Ondansetron dan Inpepsa. Namun, sayangnya di dua apotek yang disarankan aplikasi tersebut, obat yang diresepkan dokter kosong. Akhirnya malam itu juga, aku dan Bapak G ke apotek terdekat membeli obat. Setelah minum obat, aku tidak mual, bisa makan, dan tidak kumuntahkan. Puji Tuhan. Fyuuuh~ sakit saat hamil itu sangat sedih.
Begitu tahu tubuhku yang berbadan dua ini sudah berubah dan tidak sekuat dulu, aku mulai menjaga makan. Seblak, nanti-nanti dulu, ya.

Setelah asam lambung, terbitlah sembelit. Sebelum hamil, kujuga tidak pernah sembelit. Jika sehari tidak mengonsumsi serat, tidak masalah. Keesokan paginya biasanya BAB tetap lancar. Tapi pernah suatu hari, makanku kacau. Tidak makan buah dan sayur, makan kering. Besoknya sembelit. Tidak BAB. Kutunggu dua hari, masih belum ada tanda-tanda. Akhirnya kumembeli pepaya. Terima kasih Tuhan, sudah menciptakan buah pepaya. Dengan perjuangan penuh keringat di toilet, aku berhasil pup. Saat itu aku sadar aku wasir ringan. Kontrol berikutnya, aku mengadu pada dokter. Dokter meresepkanku salep wasir, yang hanya kupakai sehari, besok-besoknya kusudah kapok, makan harus sehat dan berserat, dan HARUS MINUM AIR YANG CUKUP. Selain itu, aku dan Bapak G sering menyetok buah pepaya our love di kulkas.

Di trimester kedua ini juga, pinggangku sakit, pegal parah. Sekarang aku tahu kenapa ibu-ibu hamil jalannya kayak bebek. Mereka mungkin berjalan sambil menahan ngilu di pinggang, panggul, bokong, bahkan sampai ke paha bawah :') Dokter meresepkan kalsium dan menyuruhku untuk rajin yoga atau peregangan. Bisa mengikuti video-video di youtube atau ikut kelas-kelas yoga berbayar. Belakangan aku cukup sering yoga, dan agar semakin semangat (karena sudah mengeluarkan uang), aku besok mau mencoba kelas yoga lewat aplikasi teman bumil.
Oh ya, stretch mark juga sudah mulai muncul, teman-teman 😀. Di pahaku mulai muncul garis-garis hitam. Kataku sih tanda cinta dari Adek. Gapapa, Nak. Ibu rajin olesin Bio Oil, kok. Semoga tidak terlalu parah. Ada pun ya tidak apa-apa. Wajar, lha wong kulitnya melar dan membesar kok. Untuk mencegah dan mengurangi, aku menggunakan Bio Oil dua kali sehari. Kuoles-oles di perut, payudara, punggung bawah, pinggang, paha, dan bokong. Kalau Bio Oilku habis, aku mau pakai baby oil saja. Katanya cukup manjur. 

Kakiku agak bengkak, tapi tidak parah. Saat tidur, Bapak G sering terbangun karena aku mengeluh kram. Dia langsung sigap mijet-mijet sambil merem. Kulitku juga jadi kering. Di bagian hidung, samping dan bawah bibir mengelupas. Kuolesi vaseline petrolium jelly saja. Mulai agak membaik setelahnya. INGAT MINUM AIR YANG CUKUP ya buibu seperhamilan. Karena sering minum air, kujadi pipisan. Dikit-dikit pipis. Pas kontrol, Bapak G menanyakan ke dokter kandungan karena khawatir. Saat itu dokter menyarankan untuk tes darah lengkap serta tes urine untuk mengetahui apakah ada kemungkinan ISK (Infeksi Saluran Kemih). Hasilnya aman. HBku 11.6. Batas normal bawah 12. Jadi dokter meresepkan zat besi. Dokter juga meresepkan vitamin D karena menurut hasil cek lab, aku defisiensi vitamin D. Untuk urine, aman. Jadi memang pipisan-ku ini wajar dan normal.

Dan yang paling menyenangkan di trimester kedua ini adalah : MERASAKAN GERAKAN ADEK 💙 Sampai usia kehamilan 20 minggu, aku belum merasakan apa-apa. Kukadang bertanya-tanya, apakah aku yang kurang peka. Apa perutku terlalu tebal lemaknya 😅. Tapi di Jumat 26 Agustus 2022 (hampir 21 minggu), waktu Bapak G lagi lembur kerja, aku lagi rebahan, Adek berkedut-kedut untuk pertama kalinya. Kulangsung girang sekaligus terharu. Kulangsung buka youtube dan mencari ciri-ciri gerakan bayi. Dan memang benar, ini Adek!

Secara keseluruhan, trimester kedua ini  asyik. Mual masih ada tapi jauuuuuh berkurang dibanding tiga bulan pertama. Sama sekali nggak muntah. Perut mulai membesar. Kumalah senang karena bisa ke kantor pakai daster-daster centil yang cantik. 


Trimester Ketiga
Belum bisa berbagi apa-apa karena dua minggu lagi baru memasuki usia kehamilan trimester akhir. Tapi dari sekarang aku sudah rajin berselancar di channel youtube Gue Sehat ngepoin playlist kehamilan.  Persiapan melahirkan, pernapasan saat ngeden, gimana itu tanda-tanda kontraksi, IMD, menyusui, merawat bayi, masa nifas, aaaah masih harus banyak belajar. Oh ya, di aplikasi ipusnas juga banyak buku tentang kehamilan yang bisa dibaca gratis lho, buibu. Kalau lebih suka membaca daripada menonton, bisa dijadikan pilihan. 
Nanti kalau Adek sudah lahir, kusiap berbagi. Semoga ada waktunya. Hehe

Suka-duka Hamil
Aku belum cerita tentang jenis kelamin Adek ya? Menurut USG terakhir, Adek 70% nduk. Nduk yang cantik seperti ibunya. Ini mungkin mitos, kalau bayinya perempuan, bumilnya terlihat cantik. Tapi memang sejak hamil, aku jadi doyan menjadi cantik, doyan ngalis. Dulu boro-boro ngalis, bedakan aja enggak. Paling cuma sunscreen dan pewarna bibir. Langsung cus. Mungkin awalnya karena waktu make-up nikah, alisku dikuris. Alhasil, botaklah di atas mataku. Aku terpaksa membeli pensil alis. Nah, semenjak hamil, pensil alisku jadi kepake. Ke kantor ngalis, ke gereja ngalis. Seneng pake anting-anting sama kalung. Gelang juga. Mungkin karena si Nduk yang aktif nendang-nendang perut Ibu ini, ya.
Semenjak hamil, kujuga mulai makan sering dengan porsi sedikit-sedikit. Karena kalau langsung banyak, jadi mual eneg. Trus, beberapa saat kemudian, eh kok laper lagi. Jadi baru bangun, kubiasanya mengudap biskuit, atau pisang, atau apapun yang ada. Nanti jam 9-10 pagi di kantor, sarapan. Jam 12 makan siang. Entar jam 3 sore ngemil lagi. Jam 5 sebelum pulang kerja juga buka laci atau minibar kantor, makan cemilan atau buah. Malam dinner sama Bapak G. 

Terlepas dari segala keluhan saat hamil yang kujabarkan di atas, aku selalu berusaha kasih afirmasi positif ke si jabang bayi. Gapapa Ibu sakit dikit, Nak. Gapapa Ibu pegel. Yang penting Adek kuat dan sehat di dalam rahim Ibu. Kita sama-sama kuat ya, Nak. Ngobrol sama Adek setiap hari. Apalagi kalau Bapak G lagi kerja, Adek selalu jadi teman ngobrolku. Apa-apa juga diobrolin. Mandi yuk, Dek. Maem es krim yuk, Nak. Temenin Ibu nonton Running Man ya, Dek. Bayi itu mendengar. Ajak ngobrol yuk, buibu.

Trus, aku ini apa-apa kucari di google sama youtube. Kalau ada istilah yang nggak ngerti langsung buka google. Mungkin nanti kalau Adek sudah besar terus nanya, "Bu, siapa itu Bjorka?", mungkin aku akan menyahut, "Sebentar, Nak. Ibu buka google dulu". Sebelum hamil aku tidak tahu apa itu IMD (Inisiasi Menyusu Dini), mucus plug, kolostrumdan teman-temannya. Terima kasih google dan youtube. Tapi selalu berusaha cari dan saring sumber yang baik juga ya, manteman. Di tiktokku pun yang kufollow sekarang ya para obgyn dan bidan. Mereka sering berbagi ilmu di kontennya. Di dunia serba digital ini, semakin belajar, semakin tidak tahu apa-apa, lho. Ilmu setiap harinya juga berkembang. Ayo buibu semangat belajarnya. 

Menulis ini membuatku jadi napak tilas enam bulan ke belakang. Waktu cepat sekali berlalu. Sekarang setiap hari merasakan gerak Adek dalam perut. Kalau Adek sudah lahir, pasti aku rindu. Jadi aku akan menikmati masa-masa ini. 
Oh ya, ingat ya buibu, hamil itu bukan sakit. Hamil itu anugerah. Selemas-lemasnya kita, sepegal-pegalnya kita, ada makhluk hidup indah yang sedang bergantung pada kita di dalam rahim. Kalau lelah dan mau mengeluh, cari bapak suami yang menghamili, bersandar padanya, komunikasikan. Tuhan kasih hamil ke perempuan karena tahu perempuan kuat, perempuan bisa. Sini tos perut dulu, buibu.
Maaf tulisannya panjang ya, lagi pengin cerita. 
Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Senin, 26 September 2022

Update Kehidupan : Aku Dihamili

 Aloha, Blog.
Ya ampun, sudah sekian abad rasanya tidak menulis di sini. Postingan terakhir 2019. Tiga tahun yang lalu. Selain tidak menulis di sini, aku memang sudah lama tidak menulis di mana pun. Bahkan di buku harian atau jurnal. Bahkan puisi. Padahal dulu aku rajin menulis puisi. Hehe. Dan tahu apa yang membuatku tergerak untuk menulis? Ada makhluk hidup di rahimku yang sekarang sedang rajin-rajinnya bergerak, memintaku untuk mengabadikannya dalam bentuk tulisan.

Karena apa yang bisa kubagikan selain tulisan? Panggil aku kuno di dunia yang serba audio visual ini (baca : Instagram, Tiktok, etc.), tapi sebagai introvert, aku merasa lebih leluasa bercerita dalam bentuk tulisan. SMA kuambil jurusan bahasa. Kuliah Sastra Indonesia. Hanya karena tiba-tiba sibuk bekerja menjadi staff akunting, disibukkan dengan teknologi bernama ponsel dan media sosial, kecintaan membaca dan menulis sedikit terkubur. Lalu, saat hamil Adek ini, aku jadi rajin membaca blog-blog lawas para blogger tentang kehamilan. Terasa menyenangkan. Karena merasa ada teman yang berbagi. Tulisan ini ditulis di sela-sela kegabutan di kantor. Mumpung belum closingan. Beberapa waktu terakhir aku juga mulai menulis jurnal lagi di sebuah buku harian. Kali ini jurnal khusus Adek Langit. Aku dan Bapak G mau menulis untuk dan tentang Adek, mungkin bisa kami hadiahi padanya di ulang tahunnya yang ke-17. Hehe


Sebelum jauh bercerita tentang Adek Langit, mau sedikit curhat tentang kehidupan. Aku akhirnya menikah dengan laki-laki yang selama ini kuhadiahi puisi-puisi di blog ini. Setelah LDR Jakarta - Bali beberapa saat, kami menikah di Bali, kemudian arus hidup menyeret kami untuk mencari rezeki di Bandung. Dihamili pun di Bandung. Haha. Eh, atau di mana ya? Ya, pokoknya kehamilan ini kujalani di kota tempat kami menetap sekarang, di Bandung nu tiris pisan. Kami berdua sama-sama bekerja. Awal menikah, kami sebenarnya tidak buru-buru mau punya anak. Kami menikah sama-sama di umur 30 tahun. Mengingat umur, sebenarnya sudah sangat matang untuk punya anak. Namun kami berencana menjalani hidup berdua dulu. Tuhan berkata lain, kami dihadiahi anugerah indah dalam kehidupan perkawinan kami.

Pada 07 Mei 2022, aku sudah telat menstruasi dua hari. Hari itu hari Sabtu, Bapak G kerja. Aku libur. Sehari sebelumnya aku sudah membeli test pack. Aku sudah sangat merasa yakin bahwa aku hamil. Dan benar, garisnya dua. 

Langsung kukabari suamiku, keluarga di Bali, dan keluarga di Klaten (Bapak G dari Klaten). Perasaanku? Dituliskan pun rasanya susah. Ada kehidupan lain dalam perutku. Terharu, bahagia, bingung, campur aduk. Sejak dulu aku memimpikan punya anak. Tapi ketika mimpi ini nyata, aku bertanya, siapkah aku? Bisakah aku jadi Ibu yang baik? Dalam semua perasaan yang teraduk-aduk, ada satu perasaan nyata yang kurasakan. Aku bersyukur. Berterima kasih pada Tuhan. Tuhan percaya aku bisa. Tuhan percaya aku mampu. Aku akan punya anak! Anakku, aku sudah jatuh cinta padamu sebelum kulihat wajahmu! (lagu Andien - Belahan Jantungku sudah jadi lagu favorit)

Aku juga bersyukur karena punya asuransi dengan maternity plan dari perusahaan tempat aku bekerja. Begitu hasil tes positif, aku langsung membuka daftar rumah sakit di Bandung yang bekerja sama dengan asuransiku. Pilihan jatuh ke RSIA Grha Bunda di Antapani. Bapak G nggak mau sama dokter kandungan laki-laki. Jadi aku menyesuaikan diri dan mencari-cari dokter kandungan perempuan yang available di waktu yang kami mau. Karena hari senin Bapak G libur kerja, kami pilih dokter di hari Senin. Karena senin aku kerja, mau tidak mau kami ke rumah sakit setelah aku pulang kerja. Dan dokter yang available saat itu adalah dr. Anita Rachmawati, Sp.OG, K-FER. Sebagai manusia yang cukup bergantung pada mbah Google, kusudah berselancar mencari review dokter ini. Sepertinya cukup bagus. "Dalam nama Tuhan Yesus ya, Nak, semoga dapat dokter yang baik," doaku saat itu.

Dan Senin, 09 Mei 2022, kami melihat anak kami for the first time 💙. Setelah pendaftaran, tensi dan suhuku diukur. Semuanya normal. Perawat bilang untuk menahan pipis dulu sampai saat bertemu dokter. Sebenarnya kandung kemihku sudah penuh, tapi kutahan demi Adek. dr. Anita sepertinya cukup populer karena aku harus mengantri banyak nomor sebelum bertemu bu dokter. Begitu masuk ruangan, aku menangkap aura yg lembut dan baik dari dr. Anita. Dan benar, dr. Anita keibuan dan menenangkan. Beliau cukup detail. Saat USG, dokter mengatakan kandung kemihku belum penuh jadi belum bisa dilakukan USG perut atau USG transabdomen. Pilihannya, aku disuruh minum lalu menunggu 15 menit, baru USG perut; atau aku segera pipis dan langsung dilakukan USG transvaginal. Sesungguhnya aku sudah kebelet dari tadi, ditambah tidak sabar menengok Adek Langit, jadi kuputuskan untuk USG transvaginal saja.

USG ini dilakukan dengan prosedur memasukkan stik probe ke dalam vagina. Dokter menyuruhku rileks saja. Walau sedikit tidak nyaman, rasa rindu ingin bertemu Adek membuatku lebih tenang. Dan Puji Tuhan, ini dia si kecil yang melambai-lambai dari dalam kantung kehamilanku 💙

Menurut hasil USG saat itu, Adek berumur 6 minggu. dr. Anita mengucapkan selamat atas kehamilanku. Janin tumbuh dengan normal di dalam rahim, bukan kehamilan ektopik. Dokter bertanya apakah beberapa waktu terakhir ada flek. Kujawab tidak. Dokter juga menanyakan bagaimana kondisiku. Apakah ada mual dan muntah. Kujawab tidak juga. Karena memang aku tidak merasa mual. Dokter menyuruh untuk memperbanyak konsumsi makanan sehat, sayur dan buah. Dilarang capek-capek atau beraktivitas berat. Dokter juga bertanya apakah saat ini sedang bekerja. Kuiyakan. Bapak G bertanya apakah ada pantangan makan selama hamil. Kata dokter, boleh semua, kecuali makanan mentah. Katakan selamat tinggal pada sushi, sashimi, lalapan yang tidak dicuci bersih, dan teman-temannya. Kujuga bertanya apakah masih bisa ngopi karena aku sangat suka ngopi. Bisa dua kali sehari. Kata dr. Anita, boleh. Asal tidak lebih dari 1 cangkir per hari. Konfirmasi dari dr. Anita juga sesuai dengan artikel yang kubaca. Kami juga bertanya, apakah boleh berhubungan seks selama hamil ini. Dokter bilang tahan dulu dua minggu ini. Nanti USG berikutnya kita lihat kekuatan dan perkembangan kandunganku. (Ashiap, bhaiqla, Dok!). Ngobrol beberapa saat, dokter akhirnya meresepkanku asam folat dan penguat kandungan dengan dosis untuk dua minggu. Kontrol selanjutnya kami lakukan di dua minggu berikutnya.

Saat tulisan ini diketik, Adek Langit sudah berusia 25 minggu. Bahasa awamnya sudah jalan 7 bulan. Jalanku sudah seperti bebek. Mengangkang kanan kiri dan bergerak slow motion. Mual muntah, asam lambung, sembelit, pinggang sakit dan pegal sudah kurasakan. Tapi perasaan paling bahagia adalah saat merasakan Adek Langit berkedut di perut untuk pertama kalinya. Sebelum guling-guling, joget, renang, dan jumpalitan dalam rahimku. Sensasinya amazing sekali kan, buibuk? Nanti lah ya di tulisan lain kuceritakan tentang suka duka nikmatnya hamil trimester pertama sampai trimester kedua ini. 

Terakhir, teruntuk Adek Langit, kalau nanti Adek sudah besar dan bisa membaca tulisan ini, Bapak sama Ibu berterima kasih sekali, Adek hadir dalam hidup kami. Hanya Tuhan yang tahu, kami sangat bahagia ada Adek. Ayo kita sehat bersama-sama ya, Nak.

Untuk Bapak G, Mas Bojo, terima kasih sudah menghamiliku! 😛


Minggu, 29 September 2019

Pulang


Di suatu hari di awal Agustus kamu pulang
dengan setangkup kerinduan dan harapan
mendapat pelukan
dan kehangatan
ibu dan keluarga tersayang.

Di pagi hari kamu terbang
supaya bisa tidur siang
di kasur dipan
yang walau lapuk dimakan zaman
dia tetap pernah menimang

Di tempat ini aku menunggu si pulang
bahagia krn tau akan menggenggam
tangan
dan
angan
yang belum pernah kutemui berbulan-bulan

Selamat pulang, sayang.


(Jkt, 03.08.19)



Susu dan Kamu


Seperti meminum susu panas di akhir hari yg melelahkan.
Sehangat itulah dirimu.

(Jakarta - Bali, 28 Juli 2019)

Pilah-pilih Nama Adek

  Apalah arti sebuah nama. "SANGAT BERARTI LAH!" sahutku dan Bapak G. Dari dulu, aku mau nama anak pertamaku Langit. Tapi Bapak G ...